Jumat, 26 Desember 2008

PENDIDIKAN KRISTEN DALAM PELAKSANAAN

Ada banyak hal yang akan di uraikan dalam tulisan ini tentang pendidikan kristen. Sebab pendidikan kristen sangatlah penting dan bermanfaat bagi setiap kita. Dalam penguraian ini akan meneliti secara mendalam, apa yang menjadi alasan bagi pelaksanaan pendidikan kristen, sampai dimana ruang lingkup pendidikan kristen, serta bagaimana bentuk-bentuk praktisnya.

Dasar Alkitab Bagi Pendidikan Kristen
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa apapun dan bagaimanapun bentuk kegiatan yang bernafaskan kekristenan, harus didasarkan pada Alkitab Firman Allah. Jadi, jika ada suatu kegiatan yang dikatakan sebagai kegiatan kristen, namun tidak berdasar pada Alkitab Firman Allah, sesungguhnya kegiatan semacam itu tidak bisa dikatakan sebagai kegiatan kristen.
Demikian pula halnya, pendidikan kristen yang benar adalah pendidikan atau pengajaran yang didasarkan pada Alkitab Firman Allah. Alkitab memang memerintahkan kepada kita untuk memberikan pendidikan atau pengajaran tersebut seperti yang sudah di sampaikan dalam amanat agung Yesus ”Jadikanlah semua bangsa muridKU”. perintah untuk mendidik atau mengajar ini nyata, dan hal ini bisa kita lihat baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

a. Dalam Perjanjian Lama
Di dalam Kitab Ulangan 6 : 6 – 9, dikatakan bahwa “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring, dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengingatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.”
Dalam buku Commentary on the Old Testament, dijelaskan bahwa: “Kata ‘haruslah engkau perhatikan’, dalam bahasa Ibrani mempunyai pengertian ‘menaruh dalam hati’. Sehingga perintah Allah haruslah pula merupakan kegiatan yang benar-benar berasal dari dalam hati, bukan hanya merupakan suatu kegiatan otak”
Dalam pengertian seperti ini maka kita mendapatkan penguraian Firman Allah yang lebih dalam lagi tentang kedua hal yaitu “menaruh” dan “hati”. Kata menaruh diterjemahkan dalam Amsal 2:1 “menyimpan”. Berarti yang Allah kehendaki adalah perkataan atau Firman Tuhan itu harus di simpan dan di lakukan. Sedangkan kata “hati” adalah merupakan bagian dalam dari manusia, dan hati ini merupakan sumber dari segala sesuatu yang diekspresikan oleh ciptaan Allah yang disebut sebagai manusia. Baik setiap pemikiran, kata-kata, keinginan-keinginan serta tingkah laku manusia; berasal dari hatinya”
Jadi, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa pengertian yang terkandung dalam perintah Allah tersebut harus benar-benar dipikirkan, direnungkan serta dialami dan diterapkan dalam perbuatan.
Kemudian kata ‘haruslah engkau mengajarkannya’, mempunyai makna pendidikan yang harus di sampaikan kepada setiap umat.
Dari apa yang telah diuraikan diatas, maka penulis berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses mempertajam otak atau hati manusia supaya orang-orang yang dididik dan diajar dapat berguna sebagai alat bagi kemuliaan Tuhan. Ada beberapa aspek yang kita harus pelajari dalam hal mengajar antara lain: - Cara mengajar adalah dengan jalan membicarakannya atau mendiskusikannya. - Tempat mengajarkannya, dimanapun seorang pendidik kristen itu berada. - Waktu mengajarkannya, kapan saja seorang pendidik kristen mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan pihak-pihak yang dinilai perlu dididik atau diajar. - Sifat kegiatan, adalah merupakan suatu keharusan. Dalam arti bahwa perintah Allah tersebut tidak boleh ditawar-tawar lagi oleh setiap pendidik kristen.
Keil – Delitzsch, Commentary on the Old Testament hal. 327 mengungkapkan bahwa : “perkataan ‘haruslah engkau mengikatkannya’, oleh orang-orang Yahudi dianggap suatu perintah yang harus dilakukan secara hurufiah, sehingga dalam kalangan Yahudi ada tradisi mengikatkan bagian-bagian dari hukum Torat (Thephillin) pada kepala atau lengan pada waktu berdoa. Namun kita yang sekarang hidup dalam jaman anugerah, tidak bisa membenarkan hal itu; sebab perintah tersebut bersifat figuratif. Orang-orang Yahudi menulis bagian dari kitab ulangan pasal 6 : 4 – 5 pada sebuah lempengan logam dan memakainya pada tangan kanan mereka atau memakukannya pada bagian luar pintu masuk setiap rumah”
Menurut pendapat penulis, apa yang dilakukan oleh mereka adalah cukup baik, namun perbuatan tersebut hanya merupakan salah satu cara bagaimana hukum Allah dapat selalu diingat, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.

b. Dalam Perjanjian baru
Matius pasal 28 : 18 – 20, adalah suatu perkataan yang disampaikan langsung oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri ketika Ia mendekati dan berhadapan dengan murid-muridNya katanya: “Kepada Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku perintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
Pernyataan Tuhan Yesus yang berbunyi ‘kepada Ku telah diberiakan segala kuasa di sorga dan di bumi’, menunjukkan fakta kepada manusia bahwa Yesus adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan yang menjadi penguasa alam semesta ini. Kemudian, ‘karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku perintahkan kepadamu’. Dalam pengamatan penulis terhadap perkataan tersebut, penulis menemukan empat kata kerja yaitu : pergi, menjadikan, membaptis dan mengajar. Berdasarkan pengamatan tersebut, maka penulis berkeyakinan bahwa perkataan Tuhan Yesus tersebut adalah benar-benar bermakna perintah yang harus dilaksanakan secara aktif oleh para pengikut Nya. Lebih lanjut perintah tersebut diikuti dengan petunjuk pasti tentang bagaimana cara-cara untuk menjadikan murid itu. penulis menyimak berdasarkan kata kerja yang ada dalam bahasa Indonesia, kemudian menyimpulkan bahwa cara-cara untuk menjadikan murid adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut : ”Baptislah” : Baptisan disini adalah merupakan baptisan pertobatan. Dalam kata ini terkandung beberapa tugas pelayanan yang akan melaksanakan perintah Tuhan Yesus. Dalam Kisah Para Rasul 1 : 8 demikian :“Tetapi kami akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerussalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.
Janji Tuhan Yesus untuk menyertai dan memberikan kuasa tersebut, kemudian digenapi dengan memberikan Roh Kudus kepada orang-orang percaya, yang berkenan kepada Nya dan rela diutus Nya. Dengan demikian, maka kita kemudian menerima kuasa untuk melaksanakan perintah Nya. Rasul Paulus sendiri juga menyadari, betapa pentingnya kuasa tersebut demi berhasilnya tugas pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya. Kolose 1 : 29, menegaskan demikian : “Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasanya yang bekerja dengan kuat di dalam aku”
Ayat ini menyatakan bahwa Rasul Paulus sangat begitu memperhatikan dan menganggap penting kuasa Roh Kudus dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar bahkan terlebih khusus lagi dalam pelayanan.

Akhirnya dapat dipahami bahwa kegiatan pendidikan kristen, sesungguhnya sangat sesuai bahkan merupakan pelaksanaan Firman Allah, baik yang tertulis dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Sebab didalamnya terkandung kebenaran-kebenaran Allah yang harus kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar